Akibat Suburnya Kedengkian. Dengki memiliki dampak, baik langsung atau dikemudian hari. Mewaspadainya adalah keharusan bagi siapapun, termasuk pula seorang pendidik. Dengki itu haram, terlebih bagi seorang guru. Apapun pencapaian murid, jangan sampai menimbulkan kedengkian dalam hati seorang guru.
Imam Nawawi mengatakan ,” Tidak boleh dengki terhadap salah satu dari mereka – murid – karena dia lebih banyak memperoleh ilmu. Dengki kepada orang lain haram. Di sini lebih haram, karena dia seperti bapak dan keutamaanya akan kembali kepada gurunya. Di akhirat, dia akan memperoleh pahala yang besar, karena pengajaran dan pendidikan yang telah ia berikan, dan di dunia dia memperoleh doa yang terus menerus dan pujian yang baik. ( Al Mudaris Wa Maharatut Taujih. Hal 64)
Potret Dengki dalam Kehidupan, Sebuah Kisah
Ada seorang Arab Badui menemui khalifah al-Mu’tashim, lalu ia diangkat menjadi orang dekat dan orang kepercayaannya. Ia kemudian dengan leluasa dapat menemui isterinya tanpa perlu minta izin dulu.
Sang khalifah memiliki seorang menteri yang memiliki sifat dengki. Melihat kepercayaan yang sedemikian besar sang khalifah berikan kepada orang Arab Badui itu, ia cemburu dan dengki terhadapnya.
Kemudian ia merancang sebuah tipu muslihat dengan cara bermanis-manis terlebih dahulu terhadap orang Badui tadi. Ia berhasil membujuk orang Badui itu dan mengajaknya mampir ke rumahnya. Di sana, ia memasakkan makanan dengan memasukkan bawang merah sebanyak-banyaknya. Ketika orang Badui selesai makan, ia berkata, “Hati-hati, jangan mendekat ke Amirul Mukminin sebab bila mencium bau bawang merah itu darimu, pasti ia sangat terusik. Amirul Mukminin sangat pasti membenci aromanya.”
Tak berapa lama kemudian, si pendengki ini menghadap Amirul Mukminin lalu berduaan saja dengannya. Ia berkata kepada Amirul Mukminin, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya orang Badui itu memperbincangkanmu kepada orang-orang bahwa tuan berbau mulut dan ia merasa hampir mati karena aroma mulut tuan.”
Tatkala si orang Badui menemui Amirul Mukminin, ia menutupi mulutnya dengan lengan bajunya karena khawatir aroma bawang merah tercium oleh beliau. Namun tatkala sang Amirul Mukminin melihatnya menutupi mulutnya dengan lengan bajunya, berkatalah ia di dalam hati, “Sungguh, apa yang dikatakan sang menteri mengenai si orang Badui ini memang benar.”
Kemudian Amirul Mukminin menulis sebuah surat berisi pesan kepada salah seorang pegawainya, bunyinya: “Bila pesan ini sampai kepadamu, maka penggallah leher si pembawanya.!”
Dengki Menjalar dan Menebar Dampak
Lalu, Amirul Mukminin memanggil si orang Badui untuk menghadap dan menyerahkan kepadanya sebuah surat seraya berkata, “Bawalah surat ini kepada si fulan, setelah itu berikan aku jawabannya.” Si orang Badui yang begitu lugu dan polos menyanggupi apa yang Amirul Mukminin pesankan. Ia mengambil surat itu dan berlalu dari sisi Amirul Mukminin. Ketika berada di pintu gerbang, sang menteri yang selalu mendengki itu menemuinya seraya berkata, “Hendak ke mana engkau.?”
“Aku akan membawa pesan Amirul Mukminin ini kepada pegawainya, si fulan,” jawab si orang Badui.
Di dalam hati, si menteri ini berkata, “Pasti dari tugas yang si orang Badui ini emban, ia akan memperoleh harta yang banyak.” Maka, berkatalah ia kepadanya,
“Wahai Badui, bagaimana pendapatmu bila ada orang yang mau meringankanmu dari tugas yang tentu akan melelahkanmu sepanjang perjalanan nanti bahkan ia malah memberimu upah 2000 dinar.?”
“Kamu seorang pembesar dan juga sang pemutus perkara. Apa pun pendapatmu, lakukanlah!” kata si orang Badui
“Berikan surat itu kepadaku!” kata sang menteri .
Si orang Badui pun menyerahkannya kepadanya, lalu sang menteri memberinya upah sebesar 2000 d-inar. Surat itu ia bawa ke tempat yang di tuju.
Akhir Tragis Pendengki
Sesampainya di sana, pegawai yang Amirul Mukminin tunjuk pun membacanya, lalu setelah memahami isinya, ia memerintahkan agar memenggal leher sang menteri.
Setelah beberapa hari, sang khalifah baru teringat masalah si orang Badui. Karena itu, ia bertanya tentang keberadaan sang menteri. Lalu ada yang memberitahukan kepadanya bahwa sudah beberapa hari ini ia tidak muncul dan justeru si orang Badui masih ada di kota.
Mendengar informasi itu, sang khalifah tertegun, lalu memerintahkan agar si orang Badui itu dibawa menghadap. Ketika si orang Badui hadir, ia menanyakan tentang kondisinya, maka ia pun menceritakan kisahnya dengan sang menteri dan kesepakatan yang mereka buat bersama pun ia tidak tahu menahu apa urusannya. Dan, ternyata apa yang dilakukannya terhadap dirinya itu, tidak lain hanyalah siasat licik sang menteri dan kedengkiannya terhadapnya.
Setelah peristiwa itu, si orang Badui bebas dari tugas terdahulu dan menjadi menteri. Yah, sang menteri telah beristirahat bersama kedengkiannya.!! Nihaayah azh-Zhaalimiin, Ibrahim bin ‘Abdullah al-Hazimy, Juz 2, hal.89-92
Merawat Diri Bebas dari Dengki
Penyakit dengki ini ibarat adalah diabetes. Dengki bisa sembuh namun sewaktu-waktu juga bisa muncul kembali jika tidak dilakukan pola hidup yang baik. Maka perbaikilah seluruh pola hidup terutama perkara hati agar selamat dari penyakit ini. Ketika sudah terjangkit maka harus segera mengobatinya agar tidak parah.
Dengki merupakan penyakit hati maka obat dari penyakit tersebut adalah dengan ilmu dan amal. oleh karena itu termasuk obat mujarab untuk penyakit dengki ini adalah ilmu dan amal. Prakteknya dengan selalu dekat kepada ilmu artinya istiqomah tholabul ilmi dan taat dalam beribadah dengan amalan-amalan wajib dan tidak meninggalkan amalan sunnah.
Demikian pula, untuk memperkuatnya maka seorang guru yang beriman memiliki senjata terampuh yaitu adalah do’a. Melalui do’a seorang guru meminta kepada Allah untuk senantiasa jauhkan penyakit dengki ini. Dan agar ketika sedetik terbesit rasa dengki segera Allah hilangkan.
Akhir kisah pendengki di atas menjadi pembelajaran berharga. Maka penulis berharap semoga kita semua bisa terhindar dari penyakit tersebut, maka melalui tulisan singkat ini semoga memberikan manfaat. Aamiin. Wallahu A’lam Bish Showab. Akibat Suburnya Kedengkian- Bersih hati dari dengki#3