Jenis penghalangnya bermacam macam. namun bermuara pada satu keadaan, ekspektasi gagal karena kenyataan.
Murid yang dihadapi tidak seideal dari harapan.
Sebagai pendidik, seorang guru acapkali menghadapi keadaan diluar ekspektasi.
Semua rencana yang disiapkan kadang berantakan; respon murid tidak mendukung susahnya persiapan mengajar.
Jenis penghalangnya bermacam macam. namun bermuara pada satu keadaan, ekspektasi gagal karena kenyataan.
Murid yang dihadapi tidak seideal dari harapan.
Inginya materi rampung diselesaikan dalam satu sesi, ternyata kemampuan anak lemah, semangat melambat.
Dalam kondisi lain, sudah banyak nasehat dan harapan yang diberikan. Namun tidak banyak perubahan. Tingkah lakunya malah lebih sering memancing emosi.
Lantas harus bagaimana seorang pendidik bersikap.
Ada dua hal yang harus diperhatikan,
- Guru tetap fokus pada perannya.
Dia tidak boleh goyah menghadapi kenyataan. Ekspektasi ideal harus dijaga, diiringi dengan kompromis dengan kenyataan.
Bukan aib jika guru harus menyesuaikan irama murid demi pahamnya mereka.Ia harus bersabar dengan kekurangan anak didik.
- Guru tetap menghadapi, apapun kondisinya; sambari mengamati keadaan sebagai bahan evaluasi sekaligus persiapan amunisi untuk menyambut mereka di kesempatan selanjutnya.
Dari sini guru belajar dari murid. Ada sebuah ungkapan yang menarik, dari muridku aku belajar.
Anak tidak peduli dalam belajar, malas dan ogah ogahan. SItuasi ini memantik guru untuk tahu tentang latar belakangnya.
Demikian pula ia harus menyesuaikan cara interaksi dengannya. Tindakan apa yang tepat.
Ini memantik guru untuk belajar.
Dalam situasi lain, anak tidak paham terhadap materi yang kita ajarkan. Berulang Kali diulas, anak juga tidak lekas memahami. Ini membatik guru untuk memastikan kualitas penjelasan, cara penjelasan cara penyampaian dan sebagainya.
Guru dipaksa belajar oleh kondisi anak.
Intinya, apapun kondisi anak, menjadi trigger bagi guru untuk mencari cara yang tepat dalam mendidik mereka.
Sebagai bingkai dari itu semua adalah positif thinking. Guru harus berfikir positif dalam medan pendidikan yang dijalani.
Ibrahim Al Faqi mengatakan bahwa pikiran itu mampu mempengaruhi mindset (kerangka berfikir) dan membuat Anda fokus, maka hal itu juga akan menyebabkan perubahan pada perasaan anda.
Masih menurutnya, perasaan itu akan menuntun pada perilaku.
Maka jika pikiran itu positif maka tindakannya pun positif.
Apapun yang dihadapi dalam pendidikan, masukkanlah ke dalam ruang husnuzan kita.
Dengan husnudzan, tindakan selanjutnya akan baik. Insya Allah.
Dalam husnudzan, bukan berarti bebas dari bisikan tidak baik. Dalam setiap keadaan selalu berseteru antara pikiran positif dan negatif.
Kewajiban kita adalah memenangkan husnuzan diatas pikiran negatif.
Sebagaimana pengertian husnuzan / positif thinking adalah menguatkan sisi positif dari sisi negatif.
Bagi guru harus pintar pintar mencari alasan dari semua sisi negatif anak, hingga semua reaksinya kepada guru akan memancarkan manfaat baik pendidiknya.
Satu pemikiran pada “Belajar Dari Murid”