Guru Emosi – Sering Terjadi, Sebab dan Solusinya

1 comment
guru emosi
mengelola emosi

Oleh: Bilal,

Guru emosi sering terjadi. Emosi merupakan suatu keadaan yang kompleks dari seseorang yang menyangkut perubahan jasmani seperti perubahan dalam pernapasan, denyut jantung, sekresi kelenjar serta perubahan dari sisi kejiwaan seperti ditandai dengan perasaan yang kuat dan biasanya merupakan dorongan ke suatu bentuk tingkah laku tertentu seperti tertawa, sedih dan menangis.

Emosi erat kaitannya dengan definisi negatif dan hampir semua dari kita pernah merasakannya, termasuk guru. Tapi, memiliki emosi negatif bukan alasan untuk kita bisa menunjukkannya secara apa adanya. Emosi negatif ternyata bisa diubah ke dalam bentuk positif.

 

Penyebab Guru Emosi

Dikatakan bahwa kematangan emosi seseorang tergantung pada kecerdasan emosinya. Ketidakmatangan emosi seseorang dalam hal memotivasi dan bertahan menghadapi frustasi menimbulkan kegagalan pengelolaan emosi yang mengakibatkan kekerasan fisik atau verbal terjadi.

Masalah seperti ini tentunya memerlukan pembinaan terhadap kecerdasan emosi dilakukan sebelum guru benar-benar terjun dalam dunia pendidikan. Maksudnya, pembinaan dilakukan pada saat guru masih menjadi calon guru. Pembianaan yang dilakukan dapat mengadaptasi gagasan.

Keberhasilan pengelolaan emosi guru tidak lepas dari peran serta pribadi guru itu sendiri. Penekanan-penekanan terhadap dasar dunia pendidikan yaitu kasih sayang dan cinta kasih yang tulus perlu disegarkan kembali. Penyegaran kembali dasar ini dapat dilakukan melalui pendekatan ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan iman guru tersebut. Melalui pendekatan ajaran-ajaran agama, guru dapat menerapkan ilmu agamanya dalam kegiatan pembelajaran untuk meminimalisir kekerasan fisik atau verbal yang terjadi.

Gambaran Emosi Guru Kepada Murid

Ada seorang oknum guru yang menganiaya muridnya gara-gara permasalahan yang sepele. Jika tidak bisa mengelola emosi, guru akan berbuat di luar kewajaran statusnya sebagai guru. Ada peristiwa seorang guru meluapkan Emosinya lantaran  tangannya kena tendangan bola, Hingga sang guru menganiaya muridnya. Peristiwa ini terjadi di sekolah SD di Jeneponto.

Kekerasan yang terjadi pada siswa tentunya akan menjadi boomerang bagi oknum guru itu sendiri. Selain berurusan dengan hukum, oknum guru akan menerima sanksi sosial dari masyarakat. Bagi siswa yang mengalami tindak kekerasan, akan mengalami guncangan psikologis yang mengakibatkan siswa jadi malas bahkan takut untuk datang ke sekolah.

Kegagalan dalam melakukan manajemen emosi akan menjadi sebuah mindset negatif dalam masyarakat terhadap sekolah yang bersangkutan. Kualitas guru terhadap penguasaan kompetensi kepribadian dan sosial guru akan ditanyakan jika terjadi kekerasan verbal atau fisik secara terus menerus terhadap siswanya.

Solusi Agar Tidak Lekas Emosi

emosi guru

Agar pembelajaran berlangsung optimal dan menghasilkan hasil belajar yang maksimal ada beberapa cara yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kecerdasan emosional dalam proses pembelajaran di kelas.

Guru diharapkan mampu mengembangkan kecerdasan emosi dalam pembelajaran sebagai salah satu pengamalan dari etika kerja profesi sebagai pendidik.

 

1. Kendalikan diri dan kurangi emosi negatif

Jangan pernah memberikan penilaian langsung kepada siswa yang bersikap negatif. Sebaiknya guru mencari tahu kenapa siswa bisa berperilaku seperti itu. Misalnya, mungkin siswa tidak mau mendengarkan penjelasan guru karena guru itu dalam menerangkan tidak menarik. Maka, perluaslah perspektif untuk mengurangi persepsi negatif pada siswa.

Kemudian, pasti seorang guru pernah merasa takut tidak diterima dengan baik oleh siswa-siswanya. Penyebabnya adalah karena kurang rasa percaya dirinya bahwa kita itu mampu untuk menjadi guru mereka. Oleh karena itu, guru akan tidak mengeluarkan kemampuannya secara utuh (all out).

Dengan begitu, guru harus meningkatkan rasa percaya dirinya dan harus merasa yakin dengan kemampuannya. Selain itu, guru harus selalu berusaha meningkatkan kualitas diri dan jangan malas untuk mengupgrade informasi dan pengetahuan baru.

2. Memberikan ruang untuk beristirahat sejenak dan berusaha tetap tenang

Cobalah untuk memahami apa yang sedang terjadi dengan memperhatikan reaksi fisik apa yang kemungkinan muncul. Tanda-tanda fisik seperti bagian tubuh yang merasakan sensasi, jantung berdebar kencang, atau perut terasa sakit, bisa menjadi petunjuk tentang apa yang kita alami secara emosional.

Tetap tenang dan berusaha untuk mencari tahu apa yang akan terjadi pada kita secara fisik, bisa mengalihkan fokus serta membuat sebagian kecenderungan emosi hilang.

Cara yang kedua adalah dengan mengambil nafas yang dalam secara berulang sampai kita merasakan detak jantung stabil. Hal ini akan membantu kita dalam menurunkan emosi.Apabila gemuruh dalam dada masih dirasa, maka sebaiknya jangan mengucapkan satu kata pun. Karena biasanya yang akan terucap adalah kata-kata negatif.

3. Bersikap tegas

Sebagai guru, bersikap tegas sangat diperlukan. Agar siswa juga mengetahui bahwa mereka tidak bisa bersikap seenaknya ketika sedang berada di tempat umum. Hal ini berhubungan dengan pengelolaan kelas. Apalagi ketika guru mendapatkan kelas yang sulit dikendalikan, siswa yang selalu mengobrol, dan tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, maka sikap tegas ini harus guru terapkan.

Tetapi, harus selalu diingat bahwa tegas itu bukan berarti galak dan otoriter. Sikap tegas ini hanya akan muncul sesekali apabila diperlukan. Dalam kegiatan pembelajaran, sikap hangat dan humoris harus tetap ada. Guru harus selalu berusaha untuk menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam pembelajaran.

4. Optimis dan pantang menyerah menghadapi tantangan

Guru harus selalu optimis, penuh harapan, serta selalu belajar dan mencoba setiap saat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Ketika guru merasakan kegagalan, maka guru harus tetap bersemangat dan berpikir positif.Ingatlah selalu, bahwa guru adalah garda terdepan, karena peradaban sebuah bangsa dan ditangan kitalah calon-calon pemimpin sedang dipersiapkan. Maka, tidak ada kata menyerah bagi kita yang sedang berjuang mendidik calon pemimpin masa depan.

5. Ekspresikan emosi kedekatan dengan siswa

Menjadi seorang guru yang tegas memang bagus, tetapi dalam mendidik siswa harus diperlukan cinta dan kasih sayang serta kepedulian. Perilaku tersebut perlu diekspresikan kepada siswa agar siswa mengetahui dan merasakannya. Kemudian suasana belajar akan menjadi nyaman.

Cara mengekspresikannya bukan dengan memeluk seperti orang tua ke anak. Cukup dengan kontak mata, senyum, gerak tubuh, dan ekspresi persahabatan, itu sudah cukup. Apalagi ketika ditambah dengan permainan intonasi dan volume suara saat mengajar. Jadi, siswa tahu kapan saat serius dan kapan saat santai. Hal ini sekaligus menunjukan bagaimana kualitas guru dalam mengelola emosi. 

Pengelolaan emosi guru seringkali dikaitkan dengan kecerdasan emosional yang dimilikinya. Semakin tinggi kecerdasan emosi yang dimiliki, maka akan semakin baik pula pengelolaan emosinya. Kekerasan fisik atau verbal yang terjadi terhadap siswa merupakan ketidaksiapan guru dalam menemukan kenyataan dalam kegiatan pembelajaran. Peminimalisiran kekerasan fisik atau verbal yang berkaitan dengan dengan kegagalan dalam mengelola emosi dapat dilakukan dengan pembinaan atau penyegaran.

Pembinaan dengan pendekatan kasih sayang terhadap calon guru diperlukan untuk menghasilkan sosok guru yang dapat mengelola emosinya. Penyegaran melalui ajaran agama juga merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan guru dalam mengelola emosinya. Keberhasilan pengelolaan emosi dan penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya menjadi indikator dalam pencapaian kompetensi pribadi dan sosial

 

Mei 2025
S S R K J S M
 1234
567891011
12131415161718
19202122232425
262728293031  
guru emosi

Also Read

Bagikan:

Satu pemikiran pada “Guru Emosi – Sering Terjadi, Sebab dan Solusinya”

  1. Ping-balik: Peran Orang Tua dalam Masa Baligh: Membangun Kedekatan dan Mencegah Kenakalan Remaja

Tinggalkan komentar