Oleh: Muhammad Hasan Basri
Di antara pembatal wudhu adalah “sentuh – menyentuh & bersentuhan”. Berikut ini uraian pembahasan sederhana dalam bentuk daftar, semoga dapat membantu pemahaman seputar ketentuan hukum “sentuh – menyentuh & bersentuhan” dalam kaitannya dengan hukum wudhu.
Secara global, bersentuh – sentuhan yang membatalkan wudhu – baik dengan kesengaja-an maupun tidak – adalah:
1. اللمس Bersentuhannya kulit laki – laki dewasa (yang secara umum sudah menimbulkan nafsu) dengan perempuan dewasa (yang secara umum sudah menimbulkan nafsu) selain mahrom secara langsung tanpa pembatas.
2. المس Menyentuhnya telapak tangan pada kemaluan milik sendiri maupun orang lain secara langsung tanpa kaos tangan.
Tabel Sentuh Menyentuh dan Status Hukum Wudhu
Yang menyentuh |
Yang tersentuh / disentuh |
Status hukum wudhu |
|
1 |
Kulit laki – laki dewasa |
Kulit perempuan dewasa bukan mahrom |
Batal wudhu ke dua – duanya |
Kulit perempuan kecil bukan mahrom |
Batal wudhunya laki – laki dewasa jika bernafsu, dan tidak batal jika tidak bernafsu. Adapun si anak kecil, tidak batal wudhunya. |
||
Rambut/ tulang/ kuku perempuan |
Tidak batal wudhu ke-duanya |
||
A. Kulit wanita mahrom karena nasab : |
Tidak batal wudhunya, walau mungkin timbul nafsu |
||
Kulit Banci – khuntsa musykil – (belum jelas laki – laki atau perempuannya |
Disunnahkan wudhu |
||
Kulit laki – laki tampan (amrod), termasuk transgender (laki – laki yang merubah kelaminnya menjadi perempuan – lobang) |
Disunnahkan wudhu |
||
Bagian tubuh perempuan yang terputus |
Tidak batal wudhunya |
||
2 |
Telapak tangan |
Kemaluan ( qubul dan dubur) manusia hidup |
Yang menyentuh batal, wajib wudhu. yang disentuh tidak batal, sunnah wudhu jika terangsang |
Kemaluan ( qubul dan dubur) manusia mati |
Yang menyentuh batal, wajib wudhu. yang disentuh tidak wajib mengulang wudhunya |
||
Kubul / dubur hewan |
Tidak batal wudhunya |
||
Alat (kemaluan banci) |
Jika yang disentuh adalah alat yang berbeda dengan miliknya sendiri, maka disunnahkan wudhu. |
||
Kemaluan yang terputus |
Batal wudhunya |
||
Qubul / dubur milik sendiri |
Batal wudhunya |
||
3 |
Kuku |
Objek apapun di atas |
Tidak batal wudhunya |
Di antara yang pembatal wudhu adalah menyentuh kemaluan dan bersentuhan kulit dengan lawan jenis. Dalam kajian fiqih, dua istilah ini dibedakan menjadi massu dan lamsu. Meski sama-sama bermakna ‘sentuhan’, tetapi memiliki praktik dan konsekuensi yang berbeda. Menyentuh kemaluan disebut dengan massu, sedangkan bersentuhan kulit dengan lawan jenis disebut dengan lamsu. Selanjutnya, Syekh Nawawi al-Bantani, salah seorang ulama mazhab Syafi’i, dalam Syarah Safinatun Naja telah membedakan keduanya:
: والحاصل أن المس يفارق اللمس في ثمانية صور أحدها أن النقض في المس خاص في صاحب الكف فقط، ثانيها أنه لا يشترط في المس اختلاف النوع ذكورة وأنوثة، ثالثها أن المس قد يكون في الشخص الواحد فيحصل بمس فرج نفسه، رابعها أن لا يكون إلا بباطن الكف، خامسها أنه يكون في المحرم وغيره، سادسها أن مس الفرج المبان ينقض الوضوء وإن لمس العضو المبان من المرأة لا ينقض، سابعها اختصاص المس بالفرج، ثامنها لا يشترط الكبر في المس دون اللمس
“Walhasil, massu berbeda dengan lamsu dalam delapan hal: (1) batal wudhu dengan massu khusus bagi pemilik telapak tangan; (2) tidak disyaratkan dalam massu adanya perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan; (3) massu kadang terjadi pada orang yang sama, sehingga (batal wudhu) dengan menyentuh kemaluan sendiri; (4) massu tidak terjadi kecuali dengan telapak tangan; (5) massu bisa terjadi pada mahram dan selain mahram; (6) massu atau menyentuh kemaluan yang terputus dapat membatalkan wudhu, sementara lamsu menyentuh anggota tubuh yang terputus dari perempuan tidak sampai membatalkan wudhu; (7) massu hanya dikhususkan pada kemaluan; (8) massu tidak disyaratkan harus dewasa, berbeda halnya dengan lamsu,”
Satu pemikiran pada “Hukum Wudhu: Sentuhan dan Pembatalnya”