Kisah Inspiratif Untuk Kurban 2024

No comments
miskinpun berkorban
Photo by Maria Orlova on Pexels.com

Kisah Inspiratif Untuk Kurban 2024. Bulan haji sudah mulai dekat. Hiruk pikuk menyambutnya sudah mulai menyeruak. Kajian -kajian para Ustadz dan guru agama sudah mulai menyinggung Dzulhijah dan keutamaan ibadah di dalamnya. Tak luput pula tebaran iklan qurban mengisi ruang-ruang publik; menawarkan kemudahan untuk berkurban.

Tahun 2024 ekonomi belum sehat betul. Fakta Nilai tukar dolar terhadap rupiah masih cenderung ekstrim. Pada tanggal 4 Juni 2024 kurs 1 dolar adalah 16.217. Prioritas belanja masyarakat mengalami perubahan. Fokus kepada yang primer. Termasuk juga persiapan pembiayaan akhir tahun.

Lantas, dengan adanya kesulitan yang ada, akankah kita tidak  melaksanakan penyembelihan hewan Qurban? Mari kita tanya hati kita sendiri, sambil merenungi kisah berikut ini. Sebuah pelajaran yang begitu berharga.

Si miskin pun berkurban

Kisah Inspiratif Untuk Kurban 2024menceritakan seorang miskin yang ingin bersedekah kepada ibunya sendiri dengan membantu menggapai cita-cita sang ibu untuk bisa menunaikan ibadah kurban yang telah lama diimpikannya. Berikut ceritanyadi kutip dari pwmu.co :

Suatu hari, seorang wanita datang memperhatikan dagangan (hewan kurban) milik saya. Dilihat dari penampilannya sepertinya tidak akan mampu membeli. Namun tetap saya coba menghampiri dan menawarkan kepadanya.

“Silakan Bu ..! “

Lantas ibu itu menunjuk salah satu kambing termurah sambil bertanya, “Kalau yang itu berapa Pak?”.

“Yang itu Rp.700.000 Bu,” jawab saya.

“Harga pasnya berapa..?” tanya kembali si ibu.

“Rp 600.000 deh. Harga segitu untung saya kecil, tapi biarlah,” jawab saya.

“Tapi, uang saya hanya Rp 500.000. Boleh Pak?” pintanya.

Waduh, saya bingung, karena itu harga modalnya. Akhirnya saya berembuk dengan teman sampai akhirnya diputuskan diberikan saja dengan harga itu kepada ibu tersebut.

Mengantar Kambing Ke Rumah

Saya pun mengantar hewan kurban tersebut sampai ke rumahnya. Begitu tiba di rumahnya, astaghfirullah. Allahu Akbar. Terasa menggigil seluruh badan karena melihat keadaan rumah ibu itu. Rupanya ibu itu hanya tinggal bertiga dengan ibunya yang sudah sepuh dan putranya di rumah gubuk berlantai tanah tersebut. Saya tidak melihat tempat tidur kasur, kursi ruang tamu, apalagi perabot mewah atau barang-barang elektronik. Yang terlihat hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal lusuh. Di atas dipan, tertidur seorang nenek tua kurus.

“Mak, bangun Mak, nih lihat saya bawa apa?” kata ibu itu pada nenek yang sedang rebahan sampai akhirnya terbangun.

“Mak, saya sudah belikan emak kambing buat kurban, nanti kita antar ke masjid ya Mak,” kata ibu itu dengan penuh kegembiraan.

Si nenek sangat terkejut. Tapi tampak jelas raut bahagia di wajahnya. Ia segera berjalan keluar dengan langkah yang gontai karena usianya yang senja.

Sambil mengelus-elus kambing, nenek itu berucap: “Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga kalau emak mau berkurban.”

“Nih Pak, uangnya. Maaf ya, kalau tadi nawarnya terlalu murah, karena saya hanya seorang tukang cuci di kampung sini. Saya sengaja mengumpulkan uang untuk beli kambing, hewan kurban atas nama emak saya,” kata ibu muda itu.

Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, saya berdoa: “Ya Allah, ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hamba-Mu yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta namun kekayaan imannya begitu luar biasa.”

“Pak, ini ongkos kendaraannya,” panggil ibu itu.

“Sudah Bu, biar ongkos kendaraannya saya yang bayar,” kata saya sambil menyembunyikan mata saya yang sudah berkaca-kaca.

Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah karena tak sanggup mendapat teguran dari Allah yang sudah mempertemukan dengan hamba-Nya yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orangtuanya (sang ibu) meski dengan segala keterbatasan ekonominya. Subhanallah!

Miskin tidak menghalangi untuk berkurban.Keterbatasan ekonomi tidak melemahkan tekad untuk menyamai ibadahnya orang yang berharta. Betapa berat bagi si Ibu dalam kisah itu. Bermodalkan sebagai buruh cuci, namun kemauan yang kuat, akhirnya Allah bukakan caranya. Allah pertemukan dengan pedagang yang baik. Kebaikan pedagang itu mengalirkan kisah menggugah itu sampai kepada kita.

Maka, mari renungi diri ini untuk menundukkan hati agar Allah kuasakan kemudahan bagi kita menjadi hamba yang mampu menjalankan syariatnya; betapapun berat beban hidup yang sedang dijalani. Bagi Allah tidak ada yang mustahil mengabulkan keinginan hambaNya.

Kapan Berkurban ?

cerita itu begitu membekas. Latar kehidupan yang sulit tidak menyurutkan untuk mampu beribadah khas bulan Dzulhijah. Syarat kaya – dalam pandangan kebanyakan- tidak masuk bagi keluarga ini. Tekad yang kuatlah yang memngantarkan Ibu itu mampu menunaikan hajatnya; berkurban pada bulan ini-Dzulhijah.

Menilik kisah itu, betapa besar mujahadahnya. Si ibu muda itu mengabaikan status miskin. Demi memenuhi asa ibunya, rasa malu karena terbatas rupiah, ia singkirkan jauh-jauh. Sedekah yang paling utama adalah sadaqah maksimal yang dilakukan oleh orang yang tidak punya.

Dari Abu Huairah ra, ia bertanya: Ya Rasulallah, sadaqah apa yang paling utama? Nabi SAW bersabda: “(Sadaqah yang paling utama) adalah sadaqah maksimal yang dilakukan oleh orang yang tidak punya dan mulailah (sadaqah) dari orang yang kamu tanggung.” (HR Abu Dawud No. 1679).Semoga kita mampu berkurban tahun ini.Kisah Inspiratif Untuk Kurban 2024

Also Read

Bagikan:

Tinggalkan komentar