KISAH DI BALIK RASYAD FOUNDATION – Anak Itu Simpul keutuhan Keluarga

No comments
jalan bersama
Photo by Ihsan Adityawarman on Pexels.com

KISAH DI BALIK RASYAD FOUNDATION – Anak Itu Simpul keutuhan Keluarga . Pernikahan adalah impian indah calon pengantin. Puncaknya adalah  aqad nikah. Setelah menunaikan ijab qobul , batasan-batasan tertentu yang haram menjadi halal. Alangkah bahagianya mempelai menjalani awal status baru; suami istri.

Ibadah paling lama adalah nikah. Setelah aqad dan selanjutnya adalah bernilai ibadah. Suka  dan duka adalah bumbu dalam bahtera pernikahan. Ada kalanya keluarga mendapat ujian dengan segala kelimpahan harta, ada pula sebaliknya; sempit harta. Dalam kondisi keduanya, Islam punya syariatnya. Dari keduanya mereka mengumpulkan pundi -pundi pahala.

Dalam keluarga, suka duka itu niscaya. Namun kesiapan menghadapi kenyataan adalah kondisi lain yang perlu mendapat perhatian. Guna melengkapi kesiapan menghadapi lika-liku bahtera rumah tangga, maka perlu belajar dari banyak hal. termasuk kisah-kisah yang menggugah untuk menguatkan ikatan rumah tangga.

Berikut ini kisah yang diangkat di satumedia.net -dengan sedikit perubahan. Menceritakan Kisah keluarga Kuwait; pemilik Rasyid Foundation

Kisah ( Nyata) Bermula

Anak kecil ini hebat, namanya Rasyad asal Kuwait, usia 7 tahun, putera tunggal milyuner Kuwait.

Saat itu ia terbaring di rumah sakit, 23 hari diopname tanpa di-temani papa mamanya yang kebetulan sibuk dengan pekerjaannya.

Hari ke-23, papa mamanya datang menjenguk dan meminta maaf karena tak sempat mendampinginya.
Papa mamanya menghiburnya sambil berkata, “Papa mama sibuk untuk mempersiapkan masa depanmu sayang.”
Papa mamanya menunjukkan foto-foto proyek dan rumah mereka bangun untuk dirinya kelak, disamping rumah yang mereka tempati sekarang.

Anak ini tersenyum dan bertanya,
“Siapa yang bisa menjamin hari esok saya masih hidup, papaku dan mamaku?
Siapa yang menjamin semua yang papa mama miliki saat ini adalah untukku?
Dan apa manfaat semua yang papa mama miliki apabila nanti tidak mereka tempati?”

Anak yang baru sekolah di kelas SD ini pun akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan senyuman yang betul-betul “memukul” hati orangtuanya.
Apa yang terjadi pada orangtuanya selepas wafatnya ananda tercintanya merupakan kisah yang tak kalah mengharukan.

Setelah penguburan anak kecil itu , rumah tangga menjadi senyap, sesekali muncul isak tangis, tangis kesedihan bercampur penyesalan. Kesedihan mendalam memang seringkali ditandai dengan diam, walau tak jarang juga  dengan teriakan umpatan kesedihan atau jeritan duka.

Setelah Kepergian Buah Hati

Hari-hari berlalu dengan evaluasi kehidupan pasangan ini. Sayangnya, evaluasi yang mereka lakukan bukan berdasarkan pada kedewasaan pikir dan ke-matangan emosi.

Si suami menyalahkan si istri yang ikut-an berkarir sehinga melupakan tugas utama seorang ibu yang menjadi “taman surga” bagi anaknya.

Si istri menyalahkan suami yang setiap hari bicaranya hanya soal duit, duit dan duit.

Pertengkaran pun memuncak, si suami menyebutkan kata cerai untuk nya.

Si istri menjerit dan membanting semua yang ada di sekitarnya, termasuk foto keluarga yang ada di sampingnya.

Foto itu adalah foto dirinya, suaminya dan anaknya yang sedang tersenyum di suatu taman yang pernah mereka kunjungi.
Nampak foto itu baru saja terpasang satu bulan sebelum Rasyad sang anak masuk rumah sakit.

Dia melemparkan foto itu, kacanya pecah berserakan, sebagian mengenai wajah sang suami.
Tak sengaja, di balik foto itu ada tulisan anaknya, berbunyi,

“Mama Papa, semoga kita bertiga senantiasa menyatu sampai di akhirat kelak.” 
Suami istri ini akhirnya terdiam, lama saling memandang, akhirnya terlarut dalam tangisan jiwa yang mendalam.

Merekapun saling mendekat, kemudian saling merangkul. Suaminya berbisik, “Kita tidak boleh berpisah. Kita harus bersatu selalu, dengan anak kita, sampai ajal menjemput kelak.”
berpisah. Kita harus bersatu selalu, dengan anak kita, sampai ajal menjemput kelak.”

Sebuah Anti Klimaks

Setelah mereka rujuk, ada perubahan mendasar dalam kehidupan mereka. Perubahan yang secara tiba -tiba karena suatu peristiwa luar biasa yang menyentuh diri sehingga menjadi landasan pacu titik balik kehidupan dalam psikologi memiliki istilah epifani.

Konsep kehidupannya yang awalnya adalah kerja, kerja dan kerja berubah menjadi ibadah, ibadah dan kerja.

Sejak saat itu definisi hidupnya berubah dari “having mood” menjadi “being mood”.
Having mood adalah perasaan bangga karena memiliki walau tidak bisa menikmati dan memanfaatkan. Sementara being mood adalah merasa bangga dan bersyukur dengan menjalaninya walau tak banyak memiliki.

Orang yang punya 10 mobil, tapi menggunakannya hanya satu saja. Merasa nyaman dan gengsi dengan kepemilikannya itu padahal tidak menggunakannya, maka ia mendapat  penyakit “having mood.”

Sementara yang tidak punya mobil, tapi bisa menikmati hari-harinya walaupun dengan naik kendaraan umum, maka ia tipe orang bahagia dengan “being mood.”

Kita termasuk yang mana..?

Also Read

Bagikan:

Tinggalkan komentar