Memperbagus Argumen Sebelum Bertindak. Sebuah tindakan, sikap, dan kata-kata merupakan hasil sebuah keputusan seseorang. Di benaknya ada proses sidang, baik sidang yang berlangsung cepat maupun lambat. Adu argumentasi terjadi, hingga muncullah suatu pilihan keputusan (sikap, tindakan atau perkataan). Setiap hari rata-rata orang berfikir 70000 kali.
Argumentasi terjadi di otak. Suatu organ istimewa yang Allah karuniakan kepada kita. Otak itu sangat luar biasa. Dalam otak terjadi proses listrik dan kimia dalam memproses informasi. Kecepatanya mengagumkan, 418km/jam. Otak ini memang kecil, ia hanya 1,3kg. Namun di dalamnya ada 463 km pembuluh darah dan 100 miliar neuron.
Memutuskan terjadi setiap saat. Bahkan hitungannya bisa dalam hitungan yang sangat cepat. Mungkin di bawah satuan terkecil jam kita. Proses memutuskan ini berpadu antara logika otak dan perasaan / emosi. Ini terjadi pada setiap individu. Dan inilah keputusan vital bagi setiap orang. Sebuah keputusan untuk berbuat atau tidak melakukan tindakan.
Hasil pilihannya akan menentukan kondisi berikutnya. Jika pilihannya tepat maka akan meraih tindakan yang benar . Namun jika keputusan tidak tepat, maka akan lahir kondisi yang bermasalah; tindakan asala-asalan dan serampangan. Maka penting untuk memperbagus argumen sebelum bertindah.
Adu Argumen Sebelum Bertindak
Misalnya, saat kamu duduk di pinggir jalan, tiba-tiba ada pengemis yang sudah tua renta, sulit jalannya dan berpakaian sangat kumal. Dia sangat mengiba kepada kamu. Kata-katanya menyentuh hati. Apa yang terjadi?
Di benakmu muncul pergulatan argumentasi, membantu atau tidak. Pertimbangan-demi pertimbangan muncul dan menghiasi benak kepala.”Benarkah dia pengemis sungguhan? Bagaimana kalau dia cuma pura-pura? Bisa jadi ada orang lain yang memanfaatkannya? Masak orang setua ini tidak ada yang mengurusi?” Inilah segudang pertimbangan untuk tidak menolong.
Di sisi lain muncul pikiran, “Bagaimana kalau ini terjadi pada diriku? Malang betul nenek ini, sudah tua masih harus menyelesaikan sendiri kebutuhannya. Nampak dari tampilannya dia tidak pura-pura? Lagian ngapain pura-pura kalau hanya sekedar mencari recehan.” Dan sederet argumentasi di benak yang mendukung untuk memutuskan , memberi pertolongan.
Atau dalam kasus lain, saat beberapa program social experiment yang banyak ditayangkan di beberapa channel medsos. Misalnya dalam satu unggahan video, ada agen menyamar dan berpura-pura butuh duit. Dia minta -minta kepada target. Kemudian dia mengiba, hingga akhirnya si target memberi . di akhir aksi, dibuka semua sandiwara danagen menanyakan kepada si tertarget,” Kenapa Ibu mau memberi padahal ibu juga membutuhkan?
Jawabannya kurang lebih ,” Saya merasa kasihan, bagaimana kalau itu terjadi pada orang dekatku?”
Variabel Dalam Berargumen
Intinya dia memutuskan melakukan perbuatan baik. Dasar keputusan berbuat baik karena dia memiliki memori pertimbangan untuk melakukan hal itu. Dalam mengambil keputusan untuk berbuat, bersikap dan berkata-kata, dipengaruhi oleh minimal 2 hal berikut.
Pengetahuan
Pengetahuan yang didapat melalui bangku sekolah, buku bacaan, hasil sharing dengan kawan, ceramah yang dia dapat atau momen-momen spesial akan menjadi bahan pertimbangan untuk memutuskan sebuah tindakan. Asupan-asupan pengetahuan itu mengendap di memori, Ketika muncul stimulus, maka pengetahuan menjadi pijakan memutuskan untuk berbuat.
Bunyi kentongan yang dipukul terus-menerus jaman dulu adalah sebuah informasi yang harus disikapi. Bagi yang mengetahui maksud kentongan itu akan bergegas menyelamatkan diri, bagi yang tidak tau maksud, dia tenang-tenang saja, malah keheranan, “ada apa ini?”
Kentongan terus menerus itu adalah kentongan titir yang menandakan adanya bahaya mendadak. Bunyi terus menerus tanpa jeda menunjukkan kepanikan.
Intinya, pengetahuan yang kita miliki akan membantu memilih keputusan yang tepat. Maka di sinilah pentingnya mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Mengingat masalah yang akan muncul sangat komplek, dan setiap masalah membutuhkan penyelesaian yang tepat. Tepatnya penyelesaian bergantung kepada pengambilan keputusan sebelumnya. Keputusan tersebut bisa tepat bisa tidak, tergantung dari perbendaharaan pengetahuan si pelaku..
Lingkungan
Saat orang mengambil keputusan sesuai dengan pengetahuan, belum tentu dia langsung melakukan amanah keputusannya. Ada sekat lagi yang masih mempengaruhi. Lingkungan. Mengapa masih ada orang yang tinggal di daerah rawan bencana alam? Padahal secara logika sebaiknya geser ke tempat yang lebih aman. Kenyataan mereka masih berada di sana.
Mengapa demikian? Faktor lingkungan lah yang membuat begitu. Lingkungan menyatakan tidak mengapa. Seperti ini biasa. Sejak dulu sudah tinggal di sini. Jika mau pindah, pindah ke mana? Inilah penguat lingkungan. Sehingga keputusan secara argumentatif belum bisa berjalan, karena lingkungan menguatkan sesuatu yang bertolak belakang..
Di sinilah kepentingan kita menambah asupan ilmu sebanyak-banyaknya, mengedukasi lingkuangan sebaik-baiknya, hingga keputusan bertindak bisa tepat. Tepatnya keputusan akan mengantarkan tepatnya Tindakan. Tepatnya tidakan akan mengantarkan kepada kejayaan. Insya Allah. Memperbagus Argumen Sebelum Bertindak.