Oleh. Yahya Tsabit,
Dalam mendidik, cara pandang guru kepada murid memiliki pengaruh yang sangat besar. kesalahan dalam menilai, akan menyebabkan kesalahan dalam bersikap. kesalahan menyikapi akan salah dalam bertindak dan berinteraksi. pada akhirnya terjadi perlakuan yang salah kepada murid, dia gagal dalam menjalani pendidikan. untuk menghindari terjadinya salah sikap, maka guru perlu memiliki mindset yang benar kepada murid, berikut di antaranya.
- Di Hadapan Guru, Setiap Anak Adalah Juara
Setiap guru harus memiliki pandangan atau pola pikir yang menganggap setiap anak adalah juara atau memiliki potensi kebaikan, apapun kondisi yang dialami anak. Kebiasaan pola pikir atau mindset menjadi kunci utama. Munif Chatib dalam sebuah pelatihan guru mengatakan “Siapa manusia itu, bagaimana ia dilahirkan serta proses perkembangan dalam hidupnya, mengapa ada yang berhasil meskipun banyak hambatan, dan banyak pula manusia yang gagal meskipun kondisinya sempurna. Terakhir, kemana manusia itu akan pergi? Dari siklus kehidupan itu, dimanakah posisi guru? Bagaimana sosok guru yang seharusnya peduli dan berinteraksi dengan siswa.”
Kita mengetahui, Bahwa dalam proses pembuahan, jutaan sel sperma berusaha sekuat tenaga berlomba membuahi satu sel telur. Hanya satu sel sperma yang berhasil membuahi, sedangkan yang lainnya harus mengalah. Ketika pembuahan selesai, telur yang dibuahi akan membelah hingga akhirnya menjadi janin, hingga dia berhasil dilahirkan dalam wujud seorang bayi, apapun kondisinya saat dilahirkan. itulah alasannya, sang bayi akan selalu menjadi sang juara hingga kelak ia menjadi dewasa.
2. Memahami kemampuan dalam arti luas
Menurut psikologi perkembangan, kemampuan anak sangatlah luas terbagi menjadi tiga bagian besar, yaitu psiko afektif, psikomotorik dan psiko kognitif. Prof. Dr, Nasution, MA. Menjelaskan, bahwa kemampuan belajar murid dikatakan sempurna jika memenuhi tiga aspek kemampuan berikut ini:
- . Aspek kemampuan afektif
Adalah kemampuan yang berkaitan dengan nilai dan sikap. Penilaian pada aspek ini dapat terlihat antara lain pada kedisiplinan atau sikap hormat kepada guru. Aspek afektif ini berkaitan erat dengan kecerdasan emosi (EQ) anak.
- Aspek kemampuan psikomotorik
Aspek kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan gerak fisik yang mempengaruhi sikap mental. Aspek menunjukkan kemampuan atau keterampilan (skill) anak setelah menerima sebuah pengetahuan.
- Aspek kemampuan kognitif
Aspek kemampuan yang berkaitan dengan kegiatan berpikir. Aspek ini sangat berkaitan dengan intelegensi (IQ) atau kemampuan berpikir anak. Sejak dahulu aspek kognitif selalu menjadi perhatian utama dalam sistem Pendidikan formal. Ini dapat dilihat dari metode penilaian pada sekolah di negeri kita dewasa ini yang sangat mengedepankan kesempurnaan aspek kognitif.
3 Menjelajah kemampuan siswa
Guru harus terus menjelajahi kemampuan anak meskipun itu sekecil debu. Aktivitas belajar bukan hanya sekedar proses mencari untuk menemukan sehingga jika tidak menemukan yang dicari, maka aktivitas dihentikan. Akan tetapi aktivitas menjelajah ini harus didasari oleh tekad dan komitmen yang kuat pasti akan menemukan. Jika belum mendapati, teruslah mencari hingga menemukan kemampuan anak tersebut. Maka guru harus menjadi katalisator, yaitu pemantik kemampuan siswanya.
4. Guru adalah sang fasilitator
Dalam buku cooperative learning: Mempraktikkan Cooperative Learning (grasindo, 2002) – guru merupakan fasilitator, ia diibaratkan sebagai teko yang terisi penuh oleh air, yang menyirami tanaman, bukan menyiram sebuah cangkir. Siswa diibaratkan tanaman sehingga jika diberi air, akan tumbuh dan berkembang. Sedangkan cangkir adalah benda mati. Siswa bukan benda mati kerana mereka hidup dan punya kehidupan. Maka guru dalam mengajar tidak menggunakan metode ceramah terus-menerus, sebagaimana teko yang terisi penuh oleh air lalu menuangkan ke dalam cangkir hingga tumpah. Namun, jadikanlah para murid itu tanaman yang menyerap air dan mengembangkannya untuk tumbuh.
Jika mindset yang tepat tertanam dengan baik pada diri guru, maka murid akan mendapatkan perlakuan yang sesuai. ibarat tanaman, ia akan disiram dan diperhatikan dengan aturan yang sesuai jenis dan karakternya. seiring bertambahnya hari, tanaman kian subur, rimbun dan siap memberikan buahnya yang ranum. maka anak yang mendapatkan sentuhan dengan mindset yang benar akan tumbuh menjadi pribadi yang ideal. insya Allah.
2 pemikiran pada “Mindset Guru Terhadap Murid”