Peran Vital Belajar dalam Membangun Peradaban Unggul

No comments
Peran Vital Belajar dalam Membangun Peradaban Unggul
Peran Vital Belajar dalam Membangun Peradaban Unggul

 

Peran Vital Belajar dalam Membangun Peradaban Unggul. Belajar adalah kebutuhan. Bagi yang merasa cukup dari belajar akan menyesal saat membutuhkan hasil belajar, sementara dia tidak memilikinya. Belajar tidak memiliki batas. Dalam khazanah Islam populer dengan adanya spirit belajar dari buaian hingga liang lahat. Selama hayat masih membersamai jasad, kebutuhan  belajar masih memiliki otoritas untuk ditunaikan. Kematianlah  akhir dari proses belajar.

Kini, kebutuhan belajar semakin mendesak. Saat tuntutan kebutuhan dunia dan persaingannya kian mendera, hanya ilmu dan skill hasil belajarlah yang bisa mensolusi. Tidak begitu banyak berharap masalah bisa tuntas oleh merkea yang berkemampuan lemah. Dengan belajar, sesuatu bisa selesai dengan perlakuan yang tepat.

Belajar tidak terbatas di bangku sekolah. Dimanapun dan kepada siapapun bisa mengambil ilmunya. Medianya kini  meluas dalam berbagai bentuknya. Belajar -dalam istilah Dr. Adian Husaini-tidak mengenal sekolahisme ( Belajar hanya di sekolah);  setelah sekolah tamat, belajar juga sekarat. Bukan!

Urgensi Belajar

Dari sini kita bisa melihat betapa pentingnya belajar itu. Baik formal maupun bukan. Kini, saat kesadaran untuk belajar mengalami stagnan atau penurunan, kita ingat urgensi belajar itu sendiri.

Menilik buku klasik karya Az Zarnuji, seseorang belajar itu hendaknya memiliki tekat ; Semestinya seorang pelajar berniat menuntut ilmu itu karena mencari ridha Allah dan kehidupan akhirat, serta menghapus kebodohan dari dirinya dan dari segenap oran-orang yang bodoh, menghidupkan agama dan melanggengkan Islam. Sebab kelanggengan Islam adalah dengan ilmu.

Urusan keiikhlasan adalah perkara yang harus hadir dalam setiap agenda, termasuk urusan belajar. Artinya setiap mengerjaan sesuatu, menjadi titian untuk mendapakan keridhaan Allah. Selebihnya rangkaian belajar itu berorientasi pada kebaikan diri sendiri dan orang lain.

Belajar Untuk Perbaikan Diri Sendiri

Belajar menjadikan pribadi pelakunya mendapatkan asupan pengetahuan. Pengetahuannya itu  menjadi dasar berpijak dalam sikap dan tindakan. Untuk urusan agama, jika sudah mendapatkan ilmu, maka pemiliknya lebih mudah untuk menjadi pribadi yang shalih. Untuk urusan ilmu keduniaan, jika menguasai ilmu dan skill tertentu, maka kehidupannya akan lebih terarah, bermartabat dan terhormat. Dia memiliki cara untuk hidup dengan layak, bukan menjadi beban bagi orang lain.

Belajar untuk membantu Memudahkan Urusan Orang Lain

Kemampuan seseorang dalam menguasai pengetahuan; di samping bisa menuntaskan urusan pribadi, juga berpotensi menyelesaikan beban pihak lain. Baik dalam urusan agama maupun urusan dunia. Dengan ilmu yang matang urusan akan menjadi lebih terarah. Misal yang sederhana adalah pemahaman tertentu tentang mesin kendaraan mati, orang yang tidak menguasai tidak bisa membantu. Namun sebaliknya bagi yang memiliki ilmu tentangnya, ia dengan mudah menyelesaikan; minimal mengarahkan solusi.

Orang akan lebih bermanfaat bagi orang lain, saat dia memiliki sesuatu yang menjadi andalannya. Sementara orang yang tidak memiliki, dia tidak bisa membantu. Istilah Arabnya faaqidusy syai’ laa yu’tihi. Orang yang tidak memiliki, dia tidak bisa memberi. Sementara Nabi pernah menjelaskan , manusia yang paling baik adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia( Al Hadits)

Untuk menjadi bermanfaat, harus memiliki modal. Mendapatkan modal melalui belajar. Maka urutan untuk menjadi pribadi yang bermanfaat adalah melalui titan belajar. Begitu pentingnya belajar, maka jangan sampai  menihilkannya dari agenda kehidupan.

Antara Belajar dan Peradaban

Eksistensi peradaban tergantung dari belajar. Bangsa-bangsa yang besar, sudah tentun warganya adalah pecinta belajar. Simbol-simbol ilmu dan pengetahuan ada di mana-mana. Kemunduran peradaban juga karena runtuhnya minat belajar. Berhentinya seseorang dari belajar, sama artinya berhenti dari kehidupan.

Pada abad ke 10, di Andalusia telah terdapat 20 bangunan perpustakaan. Perpustakaan Cordova adalah yang paling besar. Kala itu koleksinya sudah mencapai 400 ribu judul buku. Sementara pada masa kekuasaan Abasiyah, telah tersebar banyak perpustakaan di berbagai daerah; Baghdad, Ram Hurmuz, Rayy ( Raghes) Merv ( daerah Khurasan), Bulkh, Bukhara ( kota kelahiran Imam Bukhari), Gazni dan sebagainya.

Budaya literasi kala itu sudah sangat maju. Jonathan Bloom & Sheila Blair dalan A Thousand Years of Faith and Power  menyebutkan, “ Rata-rata tingkat literasi ( kemampuan melek huruf , membaca dan menulis) Dunia Islam di abad pertengahan lebih tinggi daripada Byzantium dan Eropa. Karya tulis ditemukan di setiap tempat dalam peradaban ini.”

Maka, Pewarisan nilai-nilai kehidupan dan perjuangangan juga ditempuh melalui proses belajar. Dengan belajar, segala kebijakan uatu bangsa; akan dibedah dan difahamkan kepada generasi keturunanya. Sehingga nilai-nilai yang digariskan oleh para pendahulunya akan senantiasa eksis dan diamalkan.Peran Vital Belajar dalam Membangun Peradaban Unggul

 

Also Read

Bagikan:

Tags

Tinggalkan komentar