Oleh: Dwi Suci Indah Nurpratiwi
Sombong itu..
Sombong, secara bahasa diartikan dengan menghargai diri secara berlebihan. Sementara sombong dalam Bahasa Arab disepadankan dengan kata Takabbur, Secara istilah sombong adalah sikap mengagungkan, memuji, membesar-besarkan dirinya sendiri, menganggap bahwa dirinya yang paling baik dibandingkan orang lain baik dalam hal dunia maupun agama.
Syaikh Utsaimin Rahimallahu berkata, kesombongan adalah sikap memuji dirinya sendiri karena memiliki banyak nikmat yang dianugrahkan Allah kepadanya dan menyombongkan diri dihadapan orang lain.
Hakikat Sombong
Pada hakikatnya kesombongan dibagi menjadi kesombongan batin dan kesombongan zahir. Kesombongan batin adalah kesombongan yang berada di hati, sedangkan kesombongan zahir adalah perbuatan-perbuatan yang muncul dari anggota badan.
Kesombongan batin lebih berbahaya dari kesombongan zahir, karena tingkah laku seseorang merupakan akibat dari apa yang terjadi di hatinya. Sombong merupakan pangkal dari semua akhlaq yang tercela.
Orang yang sombong akan mudah meremehkan orang lain, membuatnya terhalang dari segala bentuk kebaikan, enggan menerima nasehat dan membuatnya lupa bahwa apa yang dimilikinya seluruhnya adalah titipan dari Allah.
Sifat sombong menjadi penghalang seseorang menuju syurga-Nya sebgaimana Rasulullah ﷺ bersabda,
لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنَ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ
“tidak akan masuk syurga orang yang dalam hatinya seberat biji sawi kesombangan”(Diriwayatkan Muslim)
Kesombongan akan menghalangi seseorang dari akhlaq seorang mukmin, karena orang yang sombong tidak akan bisa mencintai saudaranya sesama muslim, padahal akhlaq muslim merupakan perantara jalan menuju syurga-Nya.
Seseorang yang di dalam hatinya ada kesombongan sekecil apapun akan menghalanginya dari sikap tawadhu, tidak bisa meninggalkan rasa iri, dengki, dan benci, tidak bisa menahan amarah, dan menerima nasehat, juga tidak bisa menghentikan penghinaannya terhadap manusia.
Seburuk-buruk kesombongan adalah yang menghalanginya dari mendapat manfaat ilmu dan menghalanginya dari menerima dan mengikuti kebenaran.
Sebab Musabab
Sifat sombong bisa disebabkan karena hal-hal dunia manupun agama. Kesombongan tidak hanya terjadi pada orang yang memiliki jabatan, kecantikan dan harta saja, tetapi juga dapat terjadi dikalangan ulama dan ilmuan.
Seseorang bisa sombong karena ilmu yang dimilikinya, sehingga menganggap rendah orang di bawahnya. Padahal hakikat ilmu yang sebenarnya adalah menjadikan pemiliknya semakin bertaqwa, tunduk, serta menambah rasa takurnya kepada Allah.
Guru, sebagai seseorang yang dianggap memiliki ilmu yang lebih tidak menjamin dirinya akan terlepas dari sifat sombong. Meski guru juga manusia yang tidak luput dari berbagai kesalahan, guru harus bisa menjaga kewibaannya dihadapan murid-muridnya, jangan sampai kesombongan menghilangkan kewibawaannya.
Sebagai contoh, seorang guru yang merasa dirinya lebih senior sehingga meremehkan guru-guru yang lain, merasa dirinya yang lebih berhak untuk di hormati dan dilayani, enggan untuk mengupgrade diri dan ilmu karena mencukupkan diri dengan apa yang dimilikinya.
Kesombongan juga akan menghalanginya dari menerima kebaikan dan nasehat dari orang lain yang kedudukannya lebih rendah darinya, termaksud muridnya.
Sebagian orang begitu semangat dalam menuntut ilmu, sampai lupa bahwa yang menjadi tujuan utama menuntut ilmu adalah keberkahan dalam ilmu tersebut.
Sombong karena ilmu adalah bencana besar bagi para pemilik ilmu, maka hendaknya bagi para âlim, terutama para guru untuk menghilangkan sifat sombong dari diri mereka.
Melepaskan Rasa Sombong

Menghilangkan sifat sombong dari diri seseorang dapat dilakukan dengan dua hal; Pertama, menyadari bahwa hujjah Allah atas ahli ilmu lebih kuat. Tidaklah seseorang mengetahui ini dan itu melainkan bermula dari diri yang tidak mengetahui apapun, lalu dia diberi kepahaman oleh Allah.
Maka, jika dia bermaksiat dengan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya bahayanya lebih besar dibanding orang yang bermaksiat karena ketidaktahuannya. Kedua, menyadari bahwa Allah-lah pemilik segala sesuatu dan kepada-Nyalah kita kembali.
Apa-apa yang dimilikinya adalah titipan dari Allah, termaksud ilmu yang dimiliknya. Maka, tidaklah pantas seseorang menyombongkan diri dengan apa yang bukan menjadi miliknya. Dua hal ini, dapat mencegah seseorang untuk bersikap sombong serta mendorongnya untuk bersikap tawadhu.
Ilmu yang bermanfaat ibarat kendaraan yang mengantarkan pemiliknya menuju syurga, jangan sampai keberkahan dan kebermanfaatan ilmu itu hilang karena sedikit saja kesombongan yang ada pada diri seseorang.
Saat Guru Sombong
Sebagai seorang guru yang akan menjadi teladan, tidak sepatutnya menunjukkan sikap sombong di hadapan muridnya. Membanggakan ilmu dan kedudukan yang dimiliki akan menghilangkan kewibawaan yang dimilikinya.
Sifat sombong bisa dihilangkan dari diri seseorang dengan menyadari bahwa hujjah Allah atas ahli ilmu itu lebih kuat, segala yang dimilikinya hanyalah titipan dari Allah yang tidak pantas untuk disombongkan, karena suatu saat nanti apa yang dititipkan akan diambil oleh pemiliknya.